Demikian pula dengan Restoran dan rumah Makan, banyak di Batam Rumah makan tertulis Masakan Padang, dengan lambang rumah gonjongnya sekali, tetapi si pengelola bukan lah orang Padang (Muslim) contohnya Rumah Makan Bintaro, Sederhana, Singgalang Jaya di Bandara Hang Nadim.
Ada beberapa Resto dan rumah makan yang sudah mengurus sertifikat halal, dan lebih banyak lagi yang belum bersertifikat, Restoran Kediri misalnya, resto yang terletak di Batam center ini adalah termasuk restoran yang pertama mengurus sertifikat halal, karena banyaknya karyawan Otorita Batam, Pemko Batam yang makan siang disitu, meskipun pemiliknya orang China dan ruang resto itu sering dipergunakan untuk kebaktian, tetapi pemiliknya peduli dengan sertifikat Halal.
Demikian juga dengan Resto Kak Dadut, makanan khas Bali seperti Bebek ini pun telah mendapat sertifikat Halal, ada juga Resto yang telah mendapat sertifikat halal tetapi dikembalikan lagi karena tidak dibenarkan menjual Bir sehingga kata pemiliknya setelah mendapat sertifikat halal pelanggannya berkurang seperti Rumah Makan Sanur, Resto ini ada juga membuka cabang di Bandara Hang Nadim.
Enggak di Batam saja, hampir di seluruh kota-kota lainnya banyak pengusaha non Muslim mengelola Resto dan Rumah Makan, karyawan dan tukang masaknya bisa jadi orang muslim, terkadang mereka sendiri yang memasak, terkadang pula kerjasama mengelola Resto pun acap dilakukan seperti Rumah Makan Saung Sunda Sawargi, dan Bandung Resto, yang menyediakan makanan khas Sunda sembari lesehan, H Edy Hardi sang pemilik telah membuka resto ini sejak tahun 2005, lumayan laris, bahkan resto ini sering dibuat untuk tempat resepsi pernikahan.
Pusat Halal Center Universitas Chulalongkorn Thailand di Bangkok |
Bandung Resto dan Saung Sunda Sawargi terletak di Batam center keduanya pun telah memiliki sertifikat halal, entah apa masaalah Rumah Makan Saung Sunda Sawargi sekarang pinda ke daerah Pelita Regency Park, dan buka lagi di Top 100 Jodoh Batam, dan tempat lokasi lama Resto Saung Sunda Sawargi ini di kelola orang lain dengan nama yang lain Avalguna namanya, tentu saja belum mempunyai sertifikat halal, “Wah kaget saya dikirain masih resto yang lama ternyata sudah berganti pengelola, ada bir nya” celetuk pelanggan yang tak jadi makan disitu.
Bandung Resto masih tetap di Batam Center, di Bandara Hang Nadim hampir tak ada resto dan rumah makan yang mempunyai sertifikat halal, kecuali Rumah Makan Padang Salero Bandaro yang memang pemilik dan pengelolanya adalah orang Minang.
Di berbagai Bandara di Thailan tak sulit mendapatkan resto dan rumah makan yang mempunyai sertifikat halal, meskipun negara Gajah Putih itu mayoritas beragama non Islam.
Ibu Yuli yang merasa kaget karena bertukarnya pemilik dan pengelola resto tetapi masih di tempat yang sama, juga dialamai pelanggan BreadTalk yang tadinya punya sertifikat Halal, kini tak mau lagi memperpanjang sertifikatnya, susah , berbelit belit alasan manajemennya, toh banyak yang beli koq katanya. Lagian yang menentukan Halal dan tidak nya kan bukan MUI kata mereka.
Dalam ramadhan 1429 H yang baru saja berlalu, hampir semua resto dan hotel yang mempunyai resto jor-joran menawarkan makanan berbuka puasa, tapi hanya tiga hotel saja yang mempunyai sertifikat hahal, banyak pejabat, pengusaha Muslim yang tak peduli dengan ke halalan makanan yang di santapnya, kalau kata si pengelola dan sipemilik resto tak ada babinya ya sudah cukup dipercaya, “Kami Undang ke Restoran di Haorber Bay berbuka bersama” , “Di Golden Prwoun”, “Di YongKee” , siapa yang bisa jamin tak ada angciau tak ada arak tak ada khamar dalam saus tiramnya? . Lha ada resto yang bernama Lingga di Nagoya Hill mencantumkan tulisan halal, saat masakan dimasak api angciau yang terbakar dari kuali yang sedang memasak hampir tingginya satu meter.
Kapan peduli kita ya dengan makanan yang halal dan toyib?
Advertisement
0 Response to "Bandung Resto : Salah satu resto halal di Batam"
Post a Comment