Hasbullah Dai dari Teluk Lengung Batam.

TELUK LENGUNG SEMAKIN LENGUNG.
Namanya Hasbullah, "Saya sudah 16 tahun tinggal di Teluk Lengung." kata Hasbullah saat ditanya Buletin Jumat (BJ) yakin dan percaya tak banyak orang tahu dimana itu Teluk Lengung. Lokasi tempat Dai Hasbullah ini mengabdi tak Jauh dari Lapangan terbang Hang Nadim Batam, simpang tiga itu kita belok ke kanan, masuk sekitar 4 kilometer ditepian Dam Duriangkang, kampung tua jauh sebelum Batam terkenal seperti sekarang. Sekitar sepenanakan nasi "berciau" kita sampai di kampung Bagan.
Dulu ada sebatang kayu besar di kampung itu, berlobang di tengah dan mengeluarkan lengungan kalau teritup angin..... Awal tahun 80 kampung itu mau dijadikan tempat pemusatan lokalisasi pelacuran yang ada di Batam, ada tujuh lokalisasi pelacuran liar di Batam. . Kami dari Lembaga Islam menentang habis habisan ada pemusatan tempat pelacuran di Batam, walaupun konon katanya tempat rehabilitasi. Di sebelah atas kampung ini pula sekarang Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah saraf se-Batam. Air sampah di bukit yang lebih tinggi merembas ke hilir sungai tempat bermastautin warga yang dulu masih dalam wilayah kerajaan Johor Riau Lingga ini, berbau anyir dan mengeluarkan "racun limbah" berwarna hitam, membuat ikan pada mati, "kami terpaksa jauh ke tengah menangkap ikan" ujar pak Imam yang sudah berusia 70 an tahun ketika itu. "Setelah pak Imam meninggal tiga tahun yang lalu, saya yang menggantikan" jelas Hasbullah, pria 30 an tahun asal Tembilahan ini.
Ada satu kisah yang masih ku ingat dengan Jelas, saat itu di Batam Kepala Kantor Departemen Agama adalah Drs H Razali Jaya, Jumatan di kampung Teluk Lengung, sudah selesai, sementara waktu juhur belum masuk lagi. "Iya selama ini kami shalat tengok matahari" kata pak Imam dan Khatib saat kuberitahukan bahwa di tempat lain belum dilaksanakan shalat Jumat. Aku dapat informasi langsung dari Kakandepag Batam itu melalui henponku. Aku terhenyak, terkesima begitu dekatnya lokasi ini dari kota Metropolitan yang sedang berkembang, tetapi tak selembar jadwal shalat pun ada disitu.
Tak banyak kami yang shalat waktu itu hanya belasan orang saja. Shalat harus di ulang ujar Razali Jaya melalui henpon, tetapi warga kampung tak mengindahkannya... karena hal itu talh mereka lakukan berpuluh puluh tahun....
Masih banyak lagi kisah suka dan duka Dai Hasbullah, satu kisah suka adalah saat dia menikah dan isterinya kini mengajar PAUD, dengan tersipu malu Hasbullah mengutarakan bahwa isterinya dapat bantuan dari kecamatan sebesar 500 ribu rupiah sebulan.... Alhamdulillah.... semoga kampung ini tak lengung lagi...

Advertisement

0 Response to "Hasbullah Dai dari Teluk Lengung Batam."

Post a Comment