Ikhlas adalah kata yang sering kita dengar dan kita ucapkan. Kata yang begitu ringan dan mudah untuk disebut dan terasa enak di dengar. Namun, cukup sulit untuk merealisasikannya.
Inti ikhlas adalah beramal hanya untuk Allah semata.
Seratus persen untuk Allah, LILLAAHI TA'ALA, bukan sembilan puluh sembilan koma sembilan persen.
Benar-benar seratus persen untuk Allah, murni untuk Allah dan karena Allah tanpa ada yang lain.
Tidak terkontaminasi oleh niat-niat lain walau hanya nol koma satu persen atau kurang dari itu.
Oh betapa sulitnya..
Kita tidak akan pernah tahu kadar keikhlasan diri kita sendiri,
bagaimana pula kita bisa menilai kadar keikhlasan orang lain..?!
Tidak ada seorangpun yang mengetahui tentang keikhlasan orang lain karena tempatnya di dalam hati dan tidak ada yang mengetahuinya kecuali Allah 'Azza wa Jalla.
Kita diperintah untuk memperbaiki diri dan niat kita, bukan membahas niat dan hati orang lain.
Orang yang mengaku telah berbuat keikhlasan berarti dia belum ikhlas dan keikhlasannya perlu diikhlaskan lagi.
Amal yang tidak didasarkan oleh keikhlasan atau yang ikhlas namun terkontaminasi oleh niat-niat lain adalah amal yang sia-sia disisi Allah dan tidak berarti sedikitpun, bahkan pelakunya akan mendapatkan hukuman daripadanya.
Oh betapa ruginya.
Orang yang telah mengeluarkan harta, tenaga, pikiran, waktu dan lainnya akan menjadi sia-sia kalau tidak murni keikhlasannya, bahkan ia akan mendapatkan hukuman dan penyesalan.
Di antara syarat diterimanya amal adalah ikhlas. Pelajaran tentang ikhlas dan niat adalah pelajaran yang wajib.
Semoga kita semua mengetahuinya dan mampu merealisasikannya dengan sebenar-benarnya sehingga amal kita diterima Allah dan tidak sia-sia.
Aamiin.
Orang yang paling rugi adalah orang yang menyangka telah berbuat kebaikan yang sangat banyak, namun ternyata semuanya sia-sia di hadapan Allah, tidak berarti dan bahkan ternyata ia mendapat hukuman daripadanya.
Allah Ta'ala berfirman:
"Dan Kami hadapkan segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan."
(QS. Al-Furqaan: 23).
Sudahkah seharian ini kita ikhlas beramal?
Hanya kita sendiri dan Allah saja yg tahu.
Tidak ada seorangpun yang mengetahui tentang keikhlasan orang lain karena tempatnya di dalam hati dan tidak ada yang mengetahuinya kecuali Allah 'Azza wa Jalla.
Kita diperintah untuk memperbaiki diri dan niat kita, bukan membahas niat dan hati orang lain.
Orang yang mengaku telah berbuat keikhlasan berarti dia belum ikhlas dan keikhlasannya perlu diikhlaskan lagi.
Amal yang tidak didasarkan oleh keikhlasan atau yang ikhlas namun terkontaminasi oleh niat-niat lain adalah amal yang sia-sia disisi Allah dan tidak berarti sedikitpun, bahkan pelakunya akan mendapatkan hukuman daripadanya.
Oh betapa ruginya.
Orang yang telah mengeluarkan harta, tenaga, pikiran, waktu dan lainnya akan menjadi sia-sia kalau tidak murni keikhlasannya, bahkan ia akan mendapatkan hukuman dan penyesalan.
Di antara syarat diterimanya amal adalah ikhlas. Pelajaran tentang ikhlas dan niat adalah pelajaran yang wajib.
Semoga kita semua mengetahuinya dan mampu merealisasikannya dengan sebenar-benarnya sehingga amal kita diterima Allah dan tidak sia-sia.
Aamiin.
Orang yang paling rugi adalah orang yang menyangka telah berbuat kebaikan yang sangat banyak, namun ternyata semuanya sia-sia di hadapan Allah, tidak berarti dan bahkan ternyata ia mendapat hukuman daripadanya.
Allah Ta'ala berfirman:
"Dan Kami hadapkan segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan."
(QS. Al-Furqaan: 23).
Sudahkah seharian ini kita ikhlas beramal?
Hanya kita sendiri dan Allah saja yg tahu.
Advertisement
0 Response to "Sudahkah seharian ini kita ikhlas beramal?"
Post a Comment