Di beberepa provinsi Thailand Utara tadi, seperti di Chiang Rai, Pha Yao, berdiam juga beberapa suku pendatang lain seperti Haka, Hmong. Mereka disebut dan dimasukkan kedalam suku bukit, karena memang hidup di bukit bukit. Mereka sangat giat dan ulet bekerja. Tanah datar sedikit di tanami padi. Berternak babi, hampir disetiap rumah.
Pegiat dakwah Islam dari Selatan Thai acap kesana, ada sebuah masjid kecil dibina oleh Muhammadiyah Internasional di desa Ban Sui.
Hari itu di Bulan Desember 2007, kami mengunjungi perbukitan Doi Chang, bukit ini terlihat dari jauh seperti dua ekor gajah yang sedang berhadap-hadapan. Disekitar perbukitan itu pun ada beberapa kampung.
Cukup jauh juga antara kampung satu dengan lainnya, ada yang bisa dilalui kenderaan roda empat, ada yang hanya dengan speda motor dan terkadang berkuda.
Desa yang kami tuju San Tu Sik sekitar 12 kilometer dari Ban Sui, termasuk desa paling banyak penduduknya ada ratusan kepala keluarga. Meskipun hanya 12 kilometer, ber-jam juga waktu yang dihabiskan, jalanan terjal bebatuan, maklum lah jalan laluan gajah.
Tidak banyak kenderaan pilihan untuk mengangkut kami yang berjumlah 20 an orang. Kami naik truck bak terbuka berpagar kayu, kayaknya truck ini juga mengangkut ternak.
Pagi itu di udara sejuk sekitar 10 derajat celsius kami dibawa pemilik truck yang juga merangkap sebagai pengemudi, Tom Sang namanya, pria suku Hmong berusia sekitar 37 tahun.
Syukurnya lagi Tom Sang ini kenal dengan seorang penduduk kampung San Tu Sik yang akan kami kunjungi, seorang suku Hmong juga sama seperti Tom Sang, hanya beda agama. Tom Sang masih Budha, teman kami sudah memeluk Islam, nama islamnya Yusuf, dia tinggal bersama ibunya berdua dan hanya mereka berdua saja lah yang sudah Islam, itulah informasi yang di dapat saat itu tentang Yusuf suku Hmong ini.
Tengah hari setiba di kampung San Tu Sik, kami tidak menemukan Yusuf, rumahnya terkunci, menurut tetangganya sudah lama mereka tidak di rumah. Biasanya mereka tinggal di bukit bukit lain dengan berjalan kaki atau naik kuda, untuk mengambil hasil hutan yang akan dijual.
Malam itu kami menginap seperti ruang balai desa. Tak jauh dari balai desa itu ada sungai mengalir jernih dan dingin sekali airnya. Tentu saja kami lapor kepada aparat keamanan setempat.
"Kami hanya mau berkunjung ke rumah saudara muslim di sini namanya Yusuf" Jelas Baba Ji kepada beberapa aparat kemanan yang tak memakai baju seragam. Karena Yusuf tidak ada di rumah, jadi numpang di balai desa.
"Kami juga datang ke sini mau mengenalkan kepada anda anak kunci surga" ujar Baba Ji lagi. Dengan bahasa thai yang pasih, logat utara, Baba Ji menjelaskan apa itu anak kunci surga. Ke-empat aparat keamanan itu pun mengucapkan syahadatain.
Tom Sang yang turut bersama kami, keesokan harinya pun mengucapkan dua kalimat syahadat. Saat dipilihkan nama untuk nya, Tom Sang langsung menyebut Mu Sa, kami menyalami Tom Sang memang agak terdengar nama itu seperti Mu Sa.
"Asyhadu" kata Baba Ji .
"Asyhadu" ucap Mu Sa
" Allah" lanjut Baba Ji lagi
" Allah" ucap Mu Sa
" Ilaha" lanjut Baba Ji
" Ilaha" ucap Mu Sa
Begitulah satu demi satu kalimat tauhid itu diajarkan oleh Baba Ji - Baba adalah panggilan terhormat kepada pemuka agam Islam di Thailand seperti Kyai kalau kita di Indonesia Ji adalah singkatan nama dari Najib- hingga Muhammadarasulullah.
Dan diartikan kedalam bahasa Thailand sbb :
Mai mi prakchao undai nok chak Allah Muhammad pin sasanaktuk kong Allah.
ไม่มีพระเจ้าอื่นใดนอกจากอัลเลาะห์และ แท้จริงนาบีมูฮำหมัดนั้นเป็นศาสนทูตของพระองค์
Dua hari kemudian, saat shalat Idul Adha 1427 H, di lapangan depan masjid Ban Sui Yusuf datang bersama isteri dan anak nya. Ternyata dia telah menikah dan terkadang tinggal di kampung mertuanya.
Advertisement
0 Response to "Suku Hmong di Thailand : Pergi Namanya Tom Sang, Pulang Berganti Mu Sa"
Post a Comment