Tepung terigu adalah bahan utama dalam pembuatan produk
bakery dan kue, sedangkan jenis tepung lainnya yang digunakan baik sebagai
bahan utama atau sebagai bahan pensubstitusi adalah tepung rye, tepung beras,
tepung jagung, dll. Tepung terigu dibuat dari biji gandum yang digiling dan
diayak sehingga diperoleh tepung dengan besar partikel tertentu. (baca Tahukah Anda Dimana Letak Ketidakhalalan Roti? (2)
Secara garis besar ada dua jenis tepung gandum yaitu tepung
gandum keras (strong flour) dan tepung gandum lunak (soft flour). Tepung gandum
keras biasanya digunakan untuk membuat roti dan produk-produk yang dibuat
dengan melibatkan proses fermentasi serta puff pastry.
Tepung terigu lunak
biasanya digunakan untuk membuat biskuit dan kue. Perbedaan utama tepung terigu
keras dan tepung terigu lunak terletak pada kandungan glutennnya, dimana tepung
terigu keras mengandung gluten sekitar 13% sedangkan tepung terigu lunak
kandungan glutennya sekitar 8.3%. Gluten inilah yang bertanggungjawab terhadap
sifat pengembangan adonan tepung terigu setelah ditambah air dan ditambah bahan
pengembang atau difermentasi dengan menggunakan ragi/yeast (gist).
Pada pembuatan tepung gandum seringkali ditambahkan
bahan-bahan aditif yang berfungsi untuk meningkatkan sifat-sifat tepung gandum
yang dihasilkan. Salah satu bahan aditif yang dapat ditambahkan pada pembuatan
tepung gandum yaitu L-sistein (biasanya dalam bentuk hidrokloridanya) yang
berfungsi sebagai improving agent (meningkatkan sifat-sifat tepung gandum yang
diinginkan).
Sistein dapat melembutkan gluten (protein utama gandum yang
berperan dalam pengembangan adonan yang dibuat dari tepung gandum), dengan
demikian adonan tepung gandum menjadi lebih lembut. Disamping melembutkan,
adanya sistein dapat mengakibatkan pengembangan adonan yang lebih besar.
Selain L-sistein ternyata cukup banyak bahan aditif lain yang
mungkin digunakan dalam pengolahan tepung terigu. Penambahan aditif ini
disamping untuk memperbaiki sifat-sifat alami tepung terigu, khususnya
sifat-sifat tepung yang sesuai dengan proses pemanggangan (misalnya memendekkan
waktu penanganan dengan input energi rendah), juga untuk menjaga keseragaman
mutu tepung terigu serta sesuai dengan standar yang berlaku. Penambahan asam
askorbat, bromat alkali atau enzim lipoksigenase dari kedele akan meningkatkan
kualitas gluten tepung gandum yang lemah, misalnya pada pembuatan roti.
Dalam hal ini, adonan menjadi lebih kering, resistensi
terhadap ekstensi meningkat, lebih toleran pada pencampuran dan lebih stabil
selama fermentasi. Selain itu, volume adonan selama pemanggangan meningkat dan
struktur crumb (bagian dalam roti) menjadi lebih baik.
Penambahan enzim
proteinase pada tepung terigu dapat mengakibatkan adonan yang dibuat menjadi
lebih lembut. Penambahan enzim alfa-amilase dalam bentuk tepung malt atau
tepung enzim hasil kerja mikroorganisme dapat meningkatkan kemampuan
menghidrolisa pati yang dikandung dalam tepung terigu, dengan demikian khamir
yang tumbuh pada pembuatan adonan mendapat energi yang cukup sehingga
pembentukan karbon dioksida optimal dan pengembangan adonan menjadi optimal.
L-sistein yang murah yang banyak tersedia di pasaran adalah
L-sistein yang dibuat dari rambut manusia, khususnya yang diproduksi di Cina.
Tentu saja karena berasal dari bagian tubuh manusia maka
L-sistein ini haram sehingga tepung terigu yang menggunakan L-sistein dari
rambut manusia haram hukumnya bagi umat Islam. Walaupun demikian perlu
diketahui bahwa L-sistein selain dari rambut manusia, bisa juga diperoleh dari
bulu unggas.
Seperti diketahui rambut dan bulu banyak mengandung L-sistein.
L-sistein dari bulu unggas pun masih dipertanyakan kehalalannya karena bila
diperoleh pada waktu hewan masih hidup maka bsa jadi tidak diperbolehkan, jika
diperoleh dari hewan yang sudah mati, mungkin masih dipertanyakan apakah
matinya disembelih secara Islami? Untungnya sekarang sudah ada L-sistein yang
diproduksi secara fermentasi dan boleh digunakan, hanya saja harganya memang
lebih mahal. Jadi, sebetulnya tepung terigu yang ada di pasaran belum tentu
haram walaupun menggunakan L-sistein, tergantung darimana L-sistein berasal.
Untungnya hampir semua tepung terigu yang diproduksi didalam negeri telah
mendapatkan sertifikat halal, hal ini tentunya sangat menguntungkan konsumen.
Akan tetapi, kita masih perlu waspada terhadap tepung terigu impor yang masih
belum mendapatkan sertifikat halal, jika ditemui tepung terigu yang belum
terjamin kehalalannya (tidak ada logo halal di kemasannya) tentu harus kita
hindari.
Disamping bahan aditif yang ditambahkan kedalam tepung
terigu untuk maksud memperbaiki sifat tepung terigu, ada pula bahan aditif yang
ditambahkan kedalam tepung terigu dengan maksud untuk memperkaya nilai gizinya.
Bahan aditif yang biasa ditambahkan untuk memperkaya nilai gizi tepung terigu
yaitu mineral dan vitamin.
Dari segi kehalalan, yang patut diperhatikan adalah
penambahan vitamin vitamin yang tidak larut dalam lemak dan mudah rusak selama
penyimpanan diantaranya vitamin A. Agar vitamin A mudah larut dalam produk
pangan berair (aqueous) dan agar tidak mudah rusak selama penyimpanan maka
vitamin A biasanya disalut. Bahan penyalut yang digunakan selain bahan yang
halal seperti berbagai jenis gum juga bahan yang diragukan kehalalannya yaitu
gelatin. ...(baca Info Halal: Tahukah Anda Dimana Letak Ketidakhalalan Roti? (3)
sumber : Oleh : Dr. Ir. Anton Apriyantono
Advertisement
0 Response to "Info Halal : Tahukah Anda Dimana Letak Ketidakhalalan Roti? (3 : Tepung Terigu) "
Post a Comment