Da'wah & Jihad keping emas yang tidak dapat dipisahkan

Oleh: Mas Imam

Tidak ada yang memungkiri bahwa setiap muslim wajib untuk berdakwah. Dakwah merupakan sarana kaum muslimin untuk senantiasa meraih kebaikan dan menjadi sebaik-baik umat. Dalam berdakwah, kaum muslimin diperintahkan untuk selalu bersatu membangun kerja sama dan menghindari segala bentuk perpecahan. Namun dalam tataran praktisnya, menyatukan umat dalam satu wadah agar searah dalam berdakwah, bukan hal yg mudah. Masing-masing jamaah memiliki pandangan yg berbeda-beda ketika menentukan prioritas amal dalam berdakwah untuk mengembalikan kejayaan Islam. Sehingga, kita mendapati masing-masing jamaah memiliki prioritas sendiri dalam berdakwah. Sebagian mereka ada yang mengedepankan reformasi pendidikan, pnguatan ekonomi, sebagian yang lain ada yang berorientasi pada politik dan menyebarkan opini membentuk khilafah kepemimpinan, selain itu ada juga yang mengutamakan tabligh dan pembinaan spitual individu, kemudian ada juga yang memulai dari tarbiyah wa tashfiyah (pembinaan dan penyucian diri) dan beragam pandangan lainnya. Tak ada yg salah dengan perbedaan tersebut, asalkan dlm terapannya tidak keluar dari pakem syariat yg salimah dan syahih. Namun yg menjadi problem adalah, ketika masing-masing kelompok memiliki sikap egois ashobiyah dan menganggap hanya jamaahnya yang paling benar, sementara apa yang dilakukan oleh jamaah lain dianggap salah dan menyimpang dari petunjuk Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam. Bahkan, tak jarang dari mereka ada oknum-oknum ulama su' penyusup yang suka melemparkan tuduhan-tuduhan miring terhadap jamaah lain. Fenomena tersebut menandakan bagaimana kondisi umat ini masih jauh dari tuntunan Al-Qur’an. Karena dlm amalan dakwah sendiri, Allah ta’ala melarang keras dari segala bentuk perpecahan dan memerintahkan untuk saling bersinergi dalam menyerukan Islam. Bukan untuk saling menciptakan jurang pemisah antara satu jamaah dengan jamaah yang lain. Kecuali dri klompok yg benar2 telah menyimpang, sesat dan menyesatkan.
Dakwah dan Jihad, Sarana Menjaga Eksistensi Islam. Dakwah adalah jalan para nabi dan rasul dalam menyampaikan risalah Allah. Berupaya mengajak manusia untuk kembali kepada fitrahnya, yaitu beribadah, tunduk, taat, takut, berharap dan cinta kepada Allah semata. Kemudian jalan ini terus dilanjutkan oleh umatnya, sehingga Islam tersebar luas di seluruh penjuru dunia.
Dakwah afalah cara efektif dalam transformasi ilmu terhadap mereka yang belum mengetahui tentang syariat, menyebarkan ide-ide Islam, menyingkap syubhat dan pemikiran sesat yang mengatasnamakan agama, serta meng-counter pemikiran / pemahaman yg keliru tentang Islam. Ringkasnya, dakwah adalah sarana untuk menjaga eksistensi Islam serta mencegah segala bentuk kemungkaran. Sehingga meniadakan dakwah, sama saja menolak tegaknya Islam dan membiarkan kekufuran.
Namun sayang, tidak semua manusia dapat menerima seruan dakwah. Bahkan tidak sedikit di antara mereka, terutama tokoh tokoh umat, pemegang kendali pemerintahan dan keamanan yang justru meresponnya dengan penolakan serta melakukan upaya untuk menghancurkan Islam dri dalam. Oleh sebab itu, penjagaan terhadap Islam tidak cukup hanya dengan dakwah, namun juga harus dikawal dgn JIHAD FI SABILILLAH.
Allah ta’ala berfirman:“Dan sekiranya Allah tiada menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentulah telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadat orang Yahudi dan masjid-masjid, yang di dalamnya banyak disebut nama Allah. Seungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa. (Al-haj: 40)
Imam Al-Qurthubi berkata, “Seandainya Allah ta’ala tidak mensyariatkan JIHAD untuk memerangi musuh, niscaya orang-orang musyrik akan LELUASA berkuasa dan akan mengingkari syariat Allah.
Akan tetapi, Allah ta’ala mewajibkan jihad memerangi mereka agar kaum muslimin bisa leluasa dalam beribadah menegakkan syariat ALLAH.” (Tafsir Al-Qurthubi, 12/70)
Sama halnya dengan dakwah, perintah jihad juga akan terus berlangsung sampai tidak ada lagi kekufuran dan semua penyembahan hanya kpd Allah dan menjadi milik Allah semata.
Dalam hadits disebutkan dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda:وَالْجِهَاد ُ مَاضٍ مُنْذُ بَعَثَنِيَ اللهُ إِلَى أَنْ يُقَاتِلَ آخِرُ أُمَّتِيْ الدَّجَّالَ لاَ يُبْطِلُهُ جُوْرُ جَائِرٍ وَلاَ عَدْلُ عَادِلٍ"Jihad akan terus berlangsung sejak Allah mengutusku hingga umatku yang terakhir memerangi Dajjal, ia tidak akan dihentikan oleh kejahatan orang jahat ataupun keadilan orang adil.”(HR. Abu Daud)
Kemudian dalam hadits lain, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan bahwa akan terus ada sekelompok umatnya yang senantiasa berpegang teguh kepada syariat Allah, dan ciri-ciri mereka adalah senantiasa berperang di atas kebenaran. Beliau bersabda:لاَ تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِيْ يُقَاتِلُوْنَ عَلَى اْلحَقِّ ظَاهِرِيْنَ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ
“Akan selalu ada suatu kelompok dari umatku yang berperang di atas kebenaran, mereka akan menang, hingga hari kiamat tiba.” (HR. Bukhari-Muslim)
Penjelasan "mereka akan selalu menang" maksudnya, 1. Di dunia ini Allah akan memberi kemenangan. 2. Seandainya di dunia dikalahkan dan terbunuh oleh musuh atau yg memusuhi, di akhirat tetap org mukmin itu yg akan menang, orang yg memusuhi ketika di dunia akan kalah dan menyesal dihadapan Allah"
Dalam Syarah Shahih Muslim, Imam An-Nawawi berkata, “Kemungkinan dan bisa jadi, kelompok ini terpisah-pisah dalam sekian banyak jenis kaum muslimin, di antara mereka ada yang pemberani sebagai pelaku perang, ada juga yang ahli fikih, ahli hadits, orang-orang zuhud, orang yang beramar makruf nahi munkar, ada juga pelaku kebaikan lain, tidak mesti mereka berkumpul menjadi satu, bisa saja mereka berpencar-pencar di berbagai belahan dunia.” (Syarh Shahih Muslim, 13/67)
Allah berfirman: "Sesungguhnya orang-orang yang kafir, harta benda dan anak-anak mereka, sedikitpun tidak dapat menolak (siksa) Allah dari mereka. Dan mereka itu adalah bahan bakar api neraka, (keadaan mereka) adalah sebagai keadaan kaum Fir'aun dan orang-orang yang sebelumnya; mereka mendustakan ayat-ayat Kami; karena itu Allah menyiksa mereka disebabkan dosa-dosa mereka. Dan Allah sangat keras siksa-Nya. Katakanlah kepada orang-orang yang kafir: "Kamu pasti akan dikalahkan (di dunia ini) dan akan digiring ke dalam neraka Jahannam. Dan itulah tempat yang seburuk-buruknya". (Ali Imran :10-12 )
Dakwah dan Jihad Harus Jalan Beriringan bagaikan KOIN EMAS yg tdk mungkin dipisahkan.
Dakwah dan jihad memiliki tujuan yang sama, yaitu meninggikan Kalimatullah dan untuk menyadarkan manusia dari peribadatan, ketaatan dan penghambaan kepada manusia menuju peribadatan, ketundukan, penghambaan kepada Allah semata.
Keduanya harus menjadi satu kesatuan dan tidak bisa berjalan sendiri-sendiri.
Dakwah sangat dibutuhkan untuk penyadaran umat tentang kondisi kaum muslimin yang jauh dari syariat. Sedangkan jihad, menjadi pengawal dakwah dan sarana untuk menghadang konspirasi musuh yang mengancam eksistensi Islam serta aktivitas dakwah itu sendiri.
Allah ta’ala berfirman:“…Dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia, (supaya mereka mempergunakan besi itu) dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong (agama) Nya dan rasul-rasul-Nya padahal Allah tidak dilihatnya…” (Al-Hadid: 25)
Ibnu Taimiyah berkata, “Hendaknya pedang selalu menyertai kitab. Apabila telah muncul ilmu berdasarkan Al-Kitab dan As-Sunnah, sedangkan pedang mengikutinya, maka urusan Islam akan tegak.” (al-fatawa, 20/ 393)
Jadi pedang bukanlah pilihan awal dalam menegakkan agama, ia hanya diperuntukkan kepada mereka yang membangkang dan tidak mau menerima seruan dakwah atau yg menghalang halangi tegaknya hukum Allah. Sehingga dalam fikih jihad disebutkan bahwa, salah satu adab perperangan dalam Islam adalah mendakwahi musuh agar kemali kepada Islam terlebih dahulu karena, yg diserukan ole para nabi semuanya adalah ajaran islam. Jikalau mereka menerima, maka peperangan dihentikan. Kemudian jika tidak, maka pilihannya adalah diperangi.
Diriwayatkan bahwa Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu berkata, “Tidaklah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerangi suatu kaum, kecuali beliau telah mendakwahi mereka.”(HR. Ahmad dan Ath-Thabrani)
Maka dari itu, kita hrs renungkan ungkapan berikut ini “Islam akan tegak dengan tintanya para ulama dan darahnya para syuhada”.
Jadi kalo ada tokoh tokoh islam, pemimpin atau aparat kamanan yg beragama islam. Tapi perilakunya membenci dakwah dan jihad, menghalangi dakwah dan jihad kaum muslimin, membela, bersahabat dan melindungi kekafiran dan juga kaum yg dzalim, atau kelompok yg sesat dan menyesatkan umat, apalagi kaum kafir, musyrik, munafik dan kaum yg menyimpang dan sesat itu sdh jelas yg berpotensi merusak persatuan, kesatuan dan kedamaian bangsa ini. MAKA MEREKA ITU HARUS MELIHAT dan MENGKOREKSI IMAN YG ADA DI DALAM HATINYA DAN MERENUNGI THD DIRINYA.
LAYAKKAH IA MENYANDANG PREDIKAT MUSLIM, dan berani menegakkan kepalanya di hadapan Allah Tuhan Satu satunya Sembahan yg harus ditakuti?
ALLAH TELAH BERFIRMAN : "Dan orang-orang yang beriman akan mengatakan: "Inikah orang-orang yang bersumpah sungguh-sungguh dengan nama Allah, bahwasanya mereka benar-benar beserta kamu?" Rusak binasalah segala amal mereka, lalu mereka menjadi orang-orang yang merugi. - Dan barangsiapa mengambil Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman menjadi penolongnya, maka sesungguhnya pengikut (agama) Allah itulah yang pasti menang. (Al Maidah : 53 & 56)
Sdh sharusnya, mereka (aparat pemerintah & keamanan) itu cerdas dg pilihan hidup dan utk mempersiapkan kematiannya, shingga mau berhijrah dan berpihak, utk membentengi da'wah dan jihad kaum muslimin.
Dikala org kafir, musyrik, fasik, dhzalim bersatu memanfaatkan jabatan, kedudukan dan sgala potensinya utk merealisasikan tujuan hawa nafsunya, sdh sehurusnya pejabat dan aparat muslim introspeksi diri.
Wallahu a’lam bis shawab. Alfakir hamba Allah (w.a.r.d)

Advertisement

0 Response to "Da'wah & Jihad keping emas yang tidak dapat dipisahkan"

Post a Comment