Bersama Om Raja Abdurrahman toko sejarawan yang juga ketua masjid Raya Sultan Riau Penyengat dan tetamu dari Malaysia di depan Masjid |
"Alhamdulillah mereka terima sambut baik, terima kasih atas informasinya, wassalamualaikum" tulis Raja Abdurrahman, ketua Masjid Raya Sultan Riau di Penyengat. hal itu berkaitan dengan kedatangan kami saat mengunjungi objek wisata di Pulau tempat kelahiran Raja Ali Haji sastrawan dan penggubah syair Gurindam Dua Belas yang terkenal itu.
Kami hendak makan tetapi tidak jadi karena kami sangsi dengan kuas yang dipakai pedagang makanan disitu bisa jadi Ikan Halal Menjadi Tidak Halal Karena Kuas Yang Digunakan Mengoles Bumbu terbuat dari barang yang dilarang dalam agama.
"Bagaimana caranya bagi tau mereka" tanyaku lagi, pak Haji yang masih keturunan Raja Raja Penyengat ini cukup terkenal disana dengan panggilan Om, usianya sekitar 60 an tahun masih gagah lagi.
"Saya sampaikan sebagaimana yang bapak ceritakan kepada saya, karena yang jualan adalah keluarga, kawan-kawan dekat, sambil duduk-duduk ngobrol saya slipkan ini, karena kami mayoritas muslim, tidak jadi masaalah, mereka sambut juga, mereka pun pelan-pelan cerita ke kawan yang lain" jelas Raja Abdurrahman.
"Terus pengganti kuas itu ape Om" tanyaku lagi, akupun memanggil Om kepada Raja yang menjadi rujukan para tamu yang hendak mengetahui kisah dan sejarah kerajaan Riau Penyengat.
"Saya usulkan kalau pakai kuas juga, pakailah yang hitam, itu dari ijuk, sebaiknya supaya tidak menimbulkan sak galat pakai aja batang serai" Tulis pak Abdurrahman menganjurkan para pedagang makanan yang ditemuinya.
Alhamdulillah, kini seluruh pedagang makanan di Penyengat terutama yang berjualan di dermaga, tidak lagi memakai kuas yang disyaki terbuat dari bulu binatang yang dilarang dikomsumsi dalam Islam.
Besok besok datang kesana, kita tidak shak lagi nak makan ikan bakar disana.
Advertisement
0 Response to "Mereka Ganti Kuas Dari Bulu Itu Dengan Batang Serai"
Post a Comment