Hampir dua pekan Buletin Jumat (BJ) mengunjungi Cina, diawali dari Kunming, ibukota provinsi Yunnan daerah paling Selatan, provinsi yang berbatasan dengan Laos, Myanmar dan Vietnam ini dulunya bernama Hindia Belakang, konon asal usul nenek moyang kita bangsa Indonesia.
Ribuan tahun lalu sejak zaman Dinasti Tang Islam diterima baik di Cina, sahabat Rasulullah Saad bin Abi Waqas ditugaskan Khalifah ke-3 Usman bin Affan sekitar tahun 615 M.
Di Kunming Kota terbesar di Selatan Cina ini populasi umat Islamnya lumayan banyak, Imam masjid besar Kunming yang kami tanya tak mengetahui berapa data pastinya, yang mereka tahu jutaan umat Islam mati dibunuh saat Kunming diduduki oleh Dinasti berikutnya, termasuklah pemerintah komunis, dan kelompok yang tidak suka dengan Islam. Bekas itu terasa hingga kini, umat Islam Cina tidak terlalu leluasa dengan atribut keislamannya, seperti memakai kerudung misalnya. Wanitanya hanya meletak kan kopiah putih saja dikepalanya, walaupun sekarang hal itu tidak dilarang lagi mungkin karena bertahun tahun tidak dilakukan jadi terbiasa tidak menutup aurat.
“Lokasi ini dulu semua milik orang Islam” ujar Ismail, kepada kami saat berkeliling berjalan menyusuri pusat kota Kunming.
Beberapa masjid terlihat megah berdiri disela sela gedung puluhan tingkat, diseputaran masjid itu terdapat penjualan makanan halal. Pemerintah Cina memberi kan kebebasan kepada komunitas muslim disetiap provinsi mengeluarkan serti fikat halal. Hal ini malah mebingungkan konsumen, karena beragamnya logo yang ada. Dalam pantauan BJ selama menyinggahi beberapa kota kota besar di Cina, Kunming, Chengdu, Urumqi, Shanghai, Hangzhou, ada tiga jenis logo halal, seperti gambar kubah masjid misalnya, terdapat dalam kemasan mie instans.
Restoran-Restoran halal besar pun banyak terdapat di kota-kota ini, ramai pengunjungnya tidak saja dari kalangan Islam. Pengusaha Restoran itu banyak dari kalangan suku Hui dan Uyghur.
Di dekat stasiun kereta api pun tidak sulit mendapatkan rumah makan halal milik kaum muslim Cina, cuma sebagai pendatang kita harus rajin bertanya, terkadang kita tidak tahu tempatnya, tetapi ada ciri khas tertentu seperti tulisan arab diantara aksara Cina dan pakaian yang dikenakan para pekerjanya, mengenakan kopiah putih.
Mungkin satu tip untuk pelancong Muslim yang peduli dengan makanan halal yang baru pertama kali datang ke Cina, tidak dalam paket tour misalnya, saran kami, Masjid adalah tempat yang awal dikunjungi, karena yaitu tadi, dilingkungan kawasan masjid ada dijual makanan halal. Dan perlu diingat tidak semua paket tour yang diadakan, memperdulikan makanan halal ini, dalam menu makanan kepada muslim terkadang dalam brosurnya, mereka hanya mencantumkan bahwa makanan yang disediakan tidak mengandung babi, tetapi di restoran yang sama. (***)
Advertisement
0 Response to "Muslim di China : Mencari makanan halal "
Post a Comment