Tidak ditemukan satu dalilpun yang membatasi keuntungan yang boleh
diambil oleh seorang pedagang dari bisnisnya. Bahkan sebaliknya,
ditemukan beberapa dalil yang menunjukkan bahwa pedagang bebas
menentukan prosentase keuntungannya. Berikut adalah sebagian dari
dalil-dalil tersebut :
Dalil pertama:
عَنْ عُرْوَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
أَعْطَاهُ دِينَارًا يَشْتَرِي لَهُ بِهِ شَاةً فَاشْتَرَى لَهُ بِهِ
شَاتَيْنِ فَبَاعَ إِحْدَاهُمَا بِدِينَارٍ وَجَاءَهُ بِدِينَارٍ وَشَاةٍ
فَدَعَا لَهُ بِالْبَرَكَةِ فِي بَيْعِهِ وَكَانَ لَوْ اشْتَرَى
التُّرَابَ لَرَبِحَ فِيهِ
Dari Urwah al Bariqi Radhiyallahu anhu, bahwasanya Rasûlullâh
Shallallahu ‘alaihi wa sallam memberinya satu dinar uang untuk membeli seekor kambing. Dengan uang satu dinar tersebut, dia membeli dua ekor kambing dan kemudian menjual kembali seekor kambing seharga satu
dinar. Selanjutnya dia datang menemui Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam dengan membawa seekor kambing dan uang satu dinar. (Melihat hal ini) Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam mendoakan keberkahan pada perniagaan sahabat Urwah, sehingga seandainya ia membeli debu, niscaya ia mendapatkan laba darinya. [HR. Bukhâri, no. 3443]
Pada kisah ini, sahabat Urwah Radhiyallahu anhu dengan modal satu
dinar, ia mendapatkan untung satu dinar atau 100 %. Pengambilan untung
sebesar 100% ini mendapat restu dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wassallam .
Dan bukan hanya merestui, bahkan Beliau Shallallahu ‘alaihi wassallam berdo'a agar perniagaan sahabat Urwah Radhiyallahu anhu
senantiasa diberkahi. Sehingga sejak itu, beliau Radhiyallahu anhu
semakin cerdas berniaga.
Dalil kedua:
Berbagai dalil-dalil yang telah saya kemukakan pada prinsip pertama
juga bisa dijadikan dalil dalam masalah ini. Betapa tidak, pedagang
telah secara sah memiliki barang dagangannya, maka tidak ada alasan
untuk memaksanya agar menjual barangnya dengan harga yang tidak ia sukai.
Mendapatkan keuntungan besar adalah cita-cita setiap
pedagang, akan tetapi tidak sepantasnya menghalalkan segala cara.
Cita-cita ini mesti diupayakan dengan tetap menjaga akhlaq mulia anda
sebagai seorang muslim. Tidak sepantasnya cita-cita ini menghanyutkan
anda, sehingga lalai untuk berbuat baik kepada saudara. Ingatlah selalu, sikap mulia yang anda tunjukkan kepada saudara anda, tidak akan sia-sia. Semua akhlaq mulia, pasti mendapatkan balasan setimpal dari Allâh Azza wa Jalla . Semoga kisah berikut cukup memotifasi anda
untuk bersikap mulia, dan tidak hanyut dalam ambisi mengeruk keuntungan dunia.
عَنْ حُذَيْفَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : أُتِيَ اللَّهُ بِعَبْدٍ مِنْ عِبَادِهِ
آتَاهُ اللَّهُ مَالًا فَقَالَ لَهُ مَاذَا عَمِلْتَ فِي الدُّنْيَا
قَالَ وَلَا يَكْتُمُونَ اللَّهَ حَدِيثًا قَالَ يَا رَبِّ آتَيْتَنِي
مَالَكَ فَكُنْتُ أُبَايِعُ النَّاسَ وَكَانَ مِنْ خُلُقِي الْجَوَازُ
فَكُنْتُ أَتَيَسَّرُ عَلَى الْمُوسِرِ وَأُنْظِرُ الْمُعْسِرَ فَقَالَ
اللَّهُ أَنَا أَحَقُّ بِذَا مِنْكَ تَجَاوَزُوا عَنْ عَبْدِي
Sahabat Huzaifah Radhiyallahu anhu menuturkan, Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wassallam besabda, "(pada hari qiamat kelak) Allâh mendatangkan salah seorang hamba-Nya yang pernah Ia beri harta
kekayaan, kemudian Allâh bertanya kepadanya, 'Apa yang engkau lakukan ketika di dunia? (Dan mereka tidak dapat menyembunyikan dari Allâh suatu kejadian)[4] Iapun menjawab, 'Wahai Rabbku, Engkau telah
mengaruniakan kepadaku harta kekayaan, dan aku berjual-beli dengan orang lain, dan kebiasaanku (akhlaqku) adalah senantiasa memudahkan.
Aku meringankan (tagihan) orang yang mampu dan menunda (tagihan
kepada) orang yang tidak mampu. Kemudian Allâh berfirman, 'Aku lebih
berhak untuk melakukan ini daripada engkau, mudahkan lah hamba-Ku ini."
[HR Bukhari, no. 1971 dan Muslim, no. 1560]
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ
اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِنَّ اللهَ طَيِّبٌ لاَ
يَقْبَلُ إِلاَّ طَيِّبًا، وَإِنَّ اللهَ أَمَرَ الْمُؤْمِنِيْنَ بِمَا
أَمَرَ بِهِ الْمُرْسَلِيْنَ، فَقَالَ تَعَالَى : (( يَا أَيُّهَا
الرُّسُلُ كُلُوا مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوا صَالِحًا )) وَقَالَ
تَعَالَى : ((يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا
رَزَقْنَاكُمْ )) ثُمَّ ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيْلُ السَّفَرَ: أَشْعَثَ
أَغْبَرَ، يَمُدُّ يَدَيْهِ إِلَى السَّمَاءِ: يَا رَبِّ، يَا رَبِّ،
وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ، وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ، وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ،
وَغُذِيَ بِالْحَرَامِ، فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لِذَلِكَ ؟
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu, ia berkata: Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wassallam besabda: "Sesungguhnya Allah itu baik dan tidak menerima kecuali yang baik. Sesungguhnya Allah Ta’ala
memerintahkan kepada kaum mukminin seperti yang Dia perintahkan kepada para rasul. Maka, Allah Ta’ala berfirman, ’Wahai para rasul! Makanlah dari (makanan) yang baik-baik, dan kerjakanlah kebajikan’
(QS. Al-Mu'minûn/23 ayat 51) dan Allah Ta’ala berfirman :
"Wahai orang-orang yang beriman, makanlah dari rizki yang baik yang Kami berikan kepada kamu" ( QS. Al-Baqarah ayat 172)
kemudian Rasulullah Shallallahu 'alaihi
wassallam menyebutkan orang yang lama bepergian; rambutnya kusut,berdebu, dan menengadahkan kedua tangannya ke langit,
"Wahai Rabb-ku,
Wahai Rabb-ku, sedangkan makanannya haram, minumannya haram,
pakaiannya haram, dan diberi kecukupan dengan yang haram, bagaimana
doanya akan dikabulkan?”
( HR. Muslim, kitab az Zakaah, bab Qabuulush Shadaqah minal Kasbith Thayyib wa Tarbiyyatuhaa No.1015 (65))
Sssttt, jangan lihat kanan kiri depan belakang atas bawah, hayya bina !!!
Semoga kita semua mendapatkan keuntungan yg banyak dari Allah Subhanahu wa Ta'ala, aamiin.
Masalah mudah diselesaikan, dapat jalan keluarnya, rezeki datang tanpa diduga duga, ini bisa diperoleh bila kita bertaqwa kpd Allah.
Taqwa itu melaksanakan perintahNya dan meninggalkan laranganNya serta Ittiba' kpd Rasulullah sesuai pemahaman para Sahabat..
bukan mendahulukan Hawa Nafsu, akal pikiran kita, yg melihat pada realita saat ini dengan teori yg diperoleh dari para peneliti dengan tidak mengindahkan Al Qur'an wa Sunnah..
Astaghfirullah, Tobat Ya Rabb !!!
Semoga kita tidak tergelincir dari perangkap Iblis/ setan, yg membuat kekufuran / kefasikan itu Indah dan bangga kita melakukannya..
makanya jangan ragu lagi meninggalkan yg Haram, ayo tinggalkan transaksi RIBA..
Advertisement
0 Response to "Adakah Batas Maksimal Keuntungan Usaha ?"
Post a Comment